KAUSA.ID, PALU – RSUD Undata Palu mengklarifikasi informasi yang beredar di media sosial tentang pasien balita dengan pembengkakan hati yang disebut membutuhkan obat seharga Rp2 juta dan tidak mampu dibeli keluarganya.

Direktur Utama RSUD Undata, drg. Herri, M.Kes, menjelaskan pasien tersebut merupakan rujukan dari RSUD Anuntaloko Parigi.

Setelah lebih dari delapan hari dirawat di Parigi tanpa perkembangan signifikan, pihak rumah sakit merujuk pasien ke RSUD Undata pada 3 September 2025.

Pasien kemudian masuk ruang Catelia pada 4 September 2025 untuk penanganan lanjutan.

Herri menegaskan, obat yang dimaksud kemungkinan adalah albumin. Namun hingga kini dokter yang menangani belum memberikan instruksi penggunaan obat tersebut.

“Jika dokter menginstruksikan obat albumin atau obat lainnya, seluruhnya dijamin program BERANI Sehat dan BPJS Kesehatan. Kami pastikan keluarga pasien tidak menanggung biaya tambahan,” tegasnya.

Manajemen RSUD Undata juga menemui langsung keluarga pasien untuk menjelaskan bahwa mereka tidak wajib membeli obat di luar tanggungan BPJS.

Pihak rumah sakit menilai informasi sebelumnya dari RS perujuk menimbulkan persepsi keliru seolah-olah keluarga harus menanggung obat mahal secara mandiri.

Herri meminta masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh kabar yang belum terkonfirmasi.

“Kami berkomitmen memberi pelayanan maksimal bagi semua pasien, baik rujukan, gawat darurat, maupun kronis. Tidak ada pasien BPJS maupun non-BPJS yang kami telantarkan atau diwajibkan membeli obat sendiri,” tambahnya.

Selain itu, manajemen juga sudah berkomunikasi dengan pihak keluarga dan meminta akun yang menyebarkan kabar tersebut di media sosial untuk ikut mengklarifikasi agar tidak menimbulkan keresahan publik.